Gaya Hidup

Apa Itu FOMO dan JOMO? Simak Penjelasan dan Contohnya

×

Apa Itu FOMO dan JOMO? Simak Penjelasan dan Contohnya

Sebarkan artikel ini
Apa Itu FOMO dan JOMO? Simak Penjelasan dan Contohnya
Ilustrasi. Foto: http://milenialis.id

CIANJURUPDATE.COM- Ada yang sudah tahu apa itu FOMO dan JOMO? Atau baru mendengarnya? Nah di artikel ini Cianjur Update akan membahas tentang keduanya, simak baik-baik ya!

Dirangkum dari berbagai sunber, Fear Of Missing Out (FOMO) adalah suatu kondisi di mana seseorang takut dikatakan tidak update, tidak gaul, dan merasa cemas saat ketinggalan berita terkait pengalaman berharga orang lain atau yang sedang tren. Setiap hari, mereka akan berkutat di akun sosialnya dan selalu mengikuti hal-hal baru yang sedang digandrungi banyak orang. Mereka seakan dikejar-kejar oleh tren dan tak mau dicap kurang gaul.

Tak hanya itu, orang-orang yang mengalami FOMO seringnya ingin selalu bergabung pada kegiatan-kegiatan sosial. Mereka selalu kesulitan saat menolak undangan untuk berpesta. Mereka juga merasa memiliki kebutuhan untuk selalu terhubung dengan orang lain.

Terkadang kerap membandingkan diri dengan orang lain. Karena melihat unggahan dari teman-temannya di media sosial, mereka jadi merasa bahwa hidupnya tak menyenangkan. Jika terus dibiarkan, hal ini tentu dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental.

Istilah lain dengan makna berlawanan yang dikenal dengan nama JOMO. Joy Of Missing Out (JOMO) adalah perasaan ketika seseorang justru merasa senang tak harus mengikuti apa yang sedang tren.

Jomo adalah kondisi ketika seseorang merasa senang saat tidak mengikuti tren dan lebih fokus dengan apa yang sedang disenangi. Istilah ini juga merujuk pada tindakan untuk tidak terlibat dalam kegiatan tertentu, terutama yang berkaitan dengan media sosial atau sumber hiburan lainnya.

Orang yang berhasil menikmati JOMO sebenarnya memiliki kecerdasan emosional yang tidak biasa. JOMO dapat mendatangkan kebahagiaan versi dirinya sendiri. Sebab di tengah dunia yang serba sibuk dan informasi lalu lalang dengan cepat, mereka tak merasa ada keharusan untuk mengikuti apa yang tengah terjadi.

Ini adalah keistimewaan dari JOMO, bahkan mereka tak harus mengunggah sesuatu demi rekognisi atau apresiasi dari sekitar. Tak ada keinginan untuk pamer demi mendapat pengakuan atau diberi tempat dalam suatu lingkaran pertemanan tertentu.

Artinya, orang yang berhasil menikmati ini tak punya keharusan melakukan apapun. Mereka bisa melakukan perjalanan keliling dunia bahkan tanpa mengunggah satu foto pun karena benar-benar menikmati petualangannya. Ini tidak mudah, lagi-lagi karena ada tekanan dari media sosial yang ikut berperan.

Sudah jelas apa itu FOMO dan JOMO? Lalu bagaimana Belajar Menikmati JOMO?

Bagi orang yang FOMO, belajar menikmati JOMO yang merupakan kebalikannya tentu bukan perkara sepele. Orang yang mengalami fear of missing out akan terus menerus merasa ada keharusan melihat apa tren yang sedang terjadi.

Tentunya tak hanya sampai di situ. Hal ini juga diikuti keharusan untuk mengunggah sesuatu dengan topik serupa agar dianggap mengikuti tren.

Namun, menikmati JOMO bukannya tak bisa dipelajari. Beberapa cara untuk melatihnya bisa dengan:

Menghargai Waktu

Sebisa mungkin, buat jadwal dan prioritas apa yang penting dilakukan dan apa yang tidak. Jika ada project yang paling penting, tuliskan sebagai prioritas utama. Dengan demikian, seseorang akan lebih menghargai waktu.

Tanpa disadari, orang yang FOMO harus mengalokasikan waktunya untuk mengikuti apa yang sedang tren, apa yang harus dilakukan agar dianggap mengikuti tren itu, dan semuanya memakan waktu yang tak sedikit.

Di sinilah keunggulan orang yang JOMO, tak harus membuang waktu hanya demi persepsi orang lain.

Izinkan Diri Sendiri Menikmati Momen

Dengarkan apa yang sedang dirasakan diri sendiri. Jika merasa hari tidak berjalan dengan baik, bersantailah di sore hari sambil memanjakan diri. Dan ketika sedang ada berita baik, berikan waktu untuk menikmatinya.

Tak perlu melibatkan orang lain dalam tirai media sosial yang belum tentu orisinil karena hanya akan membuat diri sendiri tak bisa menikmati momen.

Tidak Mengakses Media Sosial

Coba kurangi akses ke media sosial dengan tidak mengikuti orang yang memancing rasa FOMO atau memunculkan emosi negatif tertentu. Pada tahap awal, bisa dengan berlatih mengurangi durasi melihat media sosial orang lain yang hanya menampilkan potret-potret kesempurnaan semu saja.

Belajar Berkata Tidak

Tidak semua hal harus diikuti, seperti ajakan untuk hadir di acara tertentu atau bahkan menanggapi sebuah telepon. Terkadang, belajar berkata “tidak” adalah bentuk penghargaan terbesar kepada diri sendiri. Tentu ini tidak mudah terutama jika yang mengajak adalah orang yang dekat. Tapi, mulailah dengan berani berkata tidak.

Nikmati Pengalaman Sesungguhnya

Tinggalkan interaksi dan pengalaman semu di media sosial dan nikmatilah pengalaman yang sesungguhnya. Ketika waktu tak lagi habis untuk scrolling media sosial melihat unggahan orang lain, lakukan hal yang disukai seperti membaca buku, yoga, atau camping.

Tak ada keharusan mengunggah apa yang sedang dilakukan ke media sosial, saatnya mendistraksi kehidupan digital dengan pengalaman seru yang sesungguhnya.

Jangan Terburu-buru

Di tengah dunia yang begitu sibuk dan bergerak dengan cepat, coba ambil jeda dengan tidak terburu-buru. Nikmati saat sepi, berpikir sebelum berbicara, baca buku hingga tamat, bahkan nikmati kemacetan sebagai momen untuk refleksi. Slowing down bisa meningkatkan kreativitas seseorang sehingga menjadi lebih produktif.(ct7/rez)

Tinggalkan Balasan