Berita

Banyak Telan Korban Jiwa, Menguak Dua ‘Jalur Tengkorak’ di Cianjur

×

Banyak Telan Korban Jiwa, Menguak Dua ‘Jalur Tengkorak’ di Cianjur

Sebarkan artikel ini
Foto: Kecelakaan truk di Jalan Raya Cianjur - Sukabumi, beberapa wakru lalu.

CIANJURUPDATE.COM, Cianjur – Ada dua jalan yang dikenal sebagai ‘Jalur Tengkorak’ di Cianjur. Bukan hanya sudah banyak menelan korban, namun sejumlah kejadian mistis kerap melekat dalam setiap kecelakaan yang terjadi.

Berdasarkan informasi berbagai sumber, dua Jalur Tengkorak tersebut yaitu di Jalan Raya Sukabumi, Kecamatan Gekbrong dan di Jalan Cipanas Puncak. Berikut ulasan dari Cianjur Update.

Jalan Raya Sukabumi, Kecamatan Gekbrong

Berbatasan dengan wilayah Sukabumi, kecelakaan berbagai jenis kendaraan sering terjadi di Jalan Raya Sukabumi, Kecamatan Gekbrong, Cianjur ini.

Penyebabnya beragam, mulai dari kontur jalan, kelalaian pengendara, atau mitos mistis yang berkembang di masyarakat

Cianjur Update mencatat, selama awal 2020 hingga Oktober 2021, sudah ada 19 kecelakaan besar yang terjadi di jalur tersebut.

Dari kecelakaan tersebut, sebanyak 15 orang meninggal dunia. Sementara, puluhan lainnya mengalami luka ringan hingga berat. Rata-rata kecelakaan melibatkan kendaraan besar dengan plat nomor luar Cianjur.

Kasat Lantas Polres Cianjur, AKP Mangku Anom mengatakan, Jalan Raya Sukabumi, Gekbrong tidak bisa dikatakan memiliki banyak kecelakaan dibandingkan daerah lain.

Akan tetapi, ia menyebut, setiap terjadi kecelakaan di lokasi itu, pasti viral dan cepat menyebar di berbagai media sosial.

“Kalau harus menyampaikan Gekbrong itu disebut banyak kecelakaan saya kurang setuju,” ujar Anom kepada Cianjur Update, Minggu (10/10/2021).

Meskipun demikian, lanjut Anom, rata-rata kecelakaan di jalur tersebut disebabkan karena kontur jalan yang bergelombang dan menurun.

Menurutnya, hal itu dinilai akan berimbas pada pengendalian kecepatan kendaraan.

“Ini implikasinya akan berdampak pada kemampuan pengemudi dalam mengendalikan kendaraan, ataupun kondisi pengemudi,” ungkap dia.

Apabila dilihat dari kejadian beberapa minggu terakhir, kata dia, pihaknya sudah menggelar ramp check atau uji kelaikan kendaraan di jalur tersebut. Hasilnya, kondisi kendaraan pasti laik jalan.

“Kondisi kendaraannya sudah pasti laik jalan, hanya memang beberapa kecelakaan yang di Gekbrong itu terjadi karena ada kecerobohan dari pengemudi,” jelas dia.

Pihaknya pun sudah melakukan imbauan kepada para pengendara yang melintasi jalur tersebut. Bahkan, sudah membuat rambu seperti pembuatan speed track. Namun, untuk penambahan jalur penyelamatan pihaknya harus bersurat kepada pemerintah pusat.

“Untuk jalur penyelamat dan lain sebagainya kita sudah bersurat karena itu sifatnya jalan nasional. Tapi kita sudah bersurat ke Kementerian jalur darat. Jalur penyelamat kita usahakan untuk segera ditambah,” ungkapnya.

Belum Ada Alternatif

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Cianjur Aries Haryanto mengatakan, belum ada jalur alternatif sebagai pengganti Jalan Raya Sukabumi, Gekbrong.

Namun, pihaknya masih mengupayakan tentang jalur penyelamat agar dapat segera ditambah.

“Kalau jalur alternatif lain belum ada. Tapi kita sudah membuat jalur penyelamat dan memasang rambu-rambu, seperti speed bump agar bisa memberikan warning kepada para pengemudinya. Kita sudah antisipasi,” jelas dia.

Terkait soal isu pembuatan jalan tol, kata Aries, pihaknya belum mengetahui lebih jelas terkait hal tersebut. Namun ia menyebut hal itu bisa menjadi salah satu upaya untuk menyelesaikan masalah di Jalur Tengkorak Gekbrong.

“Kalau tol, mungkin nanti kita lihat lagi. Bisa jadi itu sebagai salah satu cara untuk mengurai permasalahan yang ada di jalur tersebut,” ujar dia.

Kata Bupati Cianjur soal Jalur Tengkorak

Sementara itu, Bupati Cianjur, Herman Suherman mengatakan, pemerintah pusat sudah merencanakan untuk membuat jalan tol sebagai alternatif Jalan Raya Sukabumi.

Ia pun tidak menampik, bahwa jalur tersebut dikenal sebagai jalur tengkorak.

“Sudah direncanakan oleh pemerintah pusat, bahkan sudah ada Perpresnya. Terkait prosesnya, masih belum ada informasi apalagi di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini, sangat belum memungkinkan. Tapi mudah-mudahan bisa secepatnya terwujud,” singkat dia.

Salah seorang warga Desa Bangbayang Kecamatan Gekbrong, Yuni (20) mengaku, sempat mendengar pembicaraan di tengah masyarakat sekitar, bahwa yang akan mengalami kecelakaan di lokasi tersebut hanyalah pendatang.

“Setahu aku buat pribumi itu nggak akan kejadian, jadi cuma terjadi pada pendatang saja. Di sekitaran masyarakat juga belum pernah ada yang kejadian,” terangnya.

Jalur Ciloto Puncak Cipanas

Selain di Gekbrong, Jalan Ciloto Puncak Cipanas, Kabupaten Cianjur pun kerap disebut sebagai ‘Jalur Tengkorak’, saking banyaknya tragedi kecelakaan yang merenggut nyawa di lokasi tersebur.

Ada empat titik yang dianggap sebagai ‘langganan kecelakaan’ di Jalan Ciloto Puncak Cipanas, mulai tikungan Mislar sampai Jembatan Cikundul.

Empat titik tersebut memang memiliki tanjakan dan turunan yang curam, serta tikungan tajam. Tak heran jika banyak pengemudi yang mengalami rem blong atau mengantuk hingga mengakibatkan kecelakaan yang sangat fatal.

Pantauan Cianjur Update, selain dua hal tersebut, Jalan Ciloto Puncak Cipanas juga kerap dilalui banyak kendaraan angkutan seperti Bus, truk BBM, mobil pengangkut pasir, dan mobil box.

Kepala Desa Ciloto, Marwan mengatakan, jalan tersebut merupakan jalan lintas nasional, sehingga banyak jenis kendaraan yang melintas.

“Memang Jalan Ciloto Puncak Cipanas ini sering disebut jalur tengkorak. Karena memang sering terjadi kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan para pengemudinya meninggal dunia,” ujar Marwan kepada Cianjur today, Minggu (10/10/2021).

Menurut Marwan, bukan hanya korban nyawa dan luka saja, namun banyak kendaraan yang juga harus mengalami tidak berat.

“Kalau yang sering terjadi kecelakaan mah kang, di tikungan Mislar hingga Jembatan Cikundul,” tambahnya.

Marwan menuturkan, kecelakaan akibat berbagai situasi, seperti rem blong, sopir mengantuk, solar yang berceceran, dan kerap dikaitkan dengan hal-hal mistis.

“Kalau kebanyakan kasus kecelakaan sih, karena rem blong. Tapi ada juga yang bilang, ketika mau ada kejadian kecelakaan, warga sering mendengar orang yang menangis dulu saat malam hari,” paparnya.

Selain itu, ia mengimbau agar pengendara atau pengguna jalan selalu menyiapkan kendaraannya dengan baik. Selalu mematuhi rambu-rambu lalulintas dan ketika mengantuk harap istirahat terlebih dahulu dan jangan memaksakan mengemudi.

“Saat turun atau menanjak, biasakan menggunakan gigi rendah untuk menjalankan fungsi engine brake. Selain itu, istirahat sejenak dan dinginkan rem, agar tidak terjadi masalah,” tutupnya.(afs/ren/sis)

Tinggalkan Balasan