banner 325x300
Nasional

BMKG: Puncak Cuaca Ekstrem La Nina Diprediksi Akan Terjadi hingga April 2021

×

BMKG: Puncak Cuaca Ekstrem La Nina Diprediksi Akan Terjadi hingga April 2021

Sebarkan artikel ini
Prakiraan Cuaca Cianjur, Minggu 28 Maret 2021: Siang hingga Malam Hujan Akan Turun, Selalu Sedia Payung, Ya!
HUJAN: Siang hingga Malam Hari, Cianjur diprakirakan akan turun hujan dengan intensitas ringan. (Foto: Istimewa)

CIANJURUPDATE.COM, Bandung – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Indonesia akan berlanjut hingga April 2021 mendatang.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menerangkan, fenomena itu terjadi karena puncak musim hujan di sejumlah daerah mengalami kemunduran akibat perubahan iklim global.

“Potensi ekstrem yang dalam prediksi kami masih akan berlangsung hingga Maret, bahkan mungkin di beberapa wilayah yang puncak musim hujannya mundur dapat terjadi hingga April 2021,” kata Dwikorita dalam keterangan pers virtual, yang dikutip Cianjur Update, Senin (1/2/2021).

Periode iklim La Nina dan El Nino di Indonesia, lanjut Dwikorita, diketahui mengalami peningkatan waktu yang semakin pendek.

“El Nino mengakibatkan kejadian kemarau panjang dan La Nina mengakibatkan hujan basah yang panjang. La Nina yang dimulai Oktober belum selesai, diprediksi akan sampai April 2021,” paparnya.

Dwikorita menyebut, perubahan iklim tersebut, terjadi karena meningkatnya gas rumah kaca yang ada di atmosfer.

“BMKG mencatat gas rumah kaca yang ada di atmosfer itu antara lain CO2 (karbon dioksida) dalam atmosfer merupakan hasil pembakaran fosil (batu bara dan minyak bumi), industri, dan beberapa lainnya,” ungkapnya.

Dwikorita pun mengungkapkan, pencatatan perubahan iklim di Indonesia sudah teridentifkasi sejak 1950. Pada saat itu, BMKG telah mengidentifikasi adanya fenomena La Nina atau musim basah hujan panjang. Selanjutnya, pada 1952 BMKG mencatat adanya fenomena El Nino atau musim kering panjang.

“Kejadian ini periode ulangnya untuk 1950 sampai 1980 kami mencatat lima sampai tujuh tahun. Namun kemudian dari 1981 sampai saat ini periode ulangnya itu semakin pendek yang tadinya lima sampai tujuh tahun saat ini dua sampai tiga tahun,” ujarnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyebut bahwa musibah banjir yang melanda Kalimantan Selatan adalah banjir terbesar selama 50 tahun terakhir.

“Ini adalah sebuah banjir besar yang mungkin sudah lebih dari 50 tahun tidak terjadi di provinsi Kalimantan Selatan,” kata Jokowi saat meninjau lokasi banjir di Kalimantan Selatan, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Senin (18/1/2021).

Menurut Presiden curah hujan sangat tinggi yang terjadi hampir 10 hari berturut-turut menyebabkan daya tampung Sungai Barito yang biasanya menampung 230 juta meter kubik tidak lagi mampu menampung debit air yang mencapai 2,1 miliar kubik air.

Bahkan, saat Presiden meninjau Jembatan Pakauman yang berada di atas Sungai Martapura, hujan masih turun dan tampak air sungai masih meluap.(sis)

banner 325x300
banner 325x300

Tinggalkan Balasan