Berita

Cerita Petugas Derek Kecelakaan di Jalur Puncak Ciloto

×

Cerita Petugas Derek Kecelakaan di Jalur Puncak Ciloto

Sebarkan artikel ini

CIANJURUPDATE.COM, Cipanas – Pekerjaan petugas derek kendaraan yang kecelakaan di Jalur Puncak Cianjur tidaklah mudah. Bukan hanya menguras tenaga dan pikiran, hati dan perasaan pun diuji ketika bertugas.

Pekerjaan inilah yang sudah dijalani oleh Yayat sejak 1985 lalu. Pria yang akrab disapa Abah Kerod ini menceritakan pengalamannya selama bekerja sebagai petugas derek kendaraan yang kecelakaan di Jalur Puncak, tepatnya Desa Ciloto, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur.

Tugasnya mulia, membantu mengevakuasi atau menyelamatkan kendaraan dan korban kecelakaan. Namun tak jarang, fitnah dan cemoohan ia dapat usai bertugas.

“Kadang disangka maling lah, ini lah itu lah. Kadang juga orang tuh nyangkanya anak derek mengharapkan kecelakaan. Terus dituding sebar oli dijalan,” paparnya saat ditemui Cianjur Update, Rabu (18/8/2020).

Lanjut Yayat mengatakan, pihaknya juga menanggapi cemoohohan tersebut denang saja karena tidak merasakan hal seperti “ahh cueken aja we kang anggap aja angin lalu,” tambahnya.

Tak besar upah yang ia terima, namun Abah Kerod tetap bersyukur. Ia juga bercerita, pernah tidak dibayar dan hanya menerima jaminan SIM dan KTP.

Yayat mengatakan untuk hari kerja tiap hari dari jam tujuh pagi sampi jam sembilan malam ” itupun kami di dua sif kan ada sif siang dan ada yang sif malam,” katanya.

Bertugas sejak puluhan tahun lalu tentu banyak hal yang telah ia alami. Yayat menceritakan, betapa ngerinya menyelamatkan korban kecelakaan maut, seperti halnya korban Bus Turangga yang menyebabkan puluhan korban tewas.

“Waktu laka Turangga, sebelum bus diderek saya ikut mengevakuasi. Sangat tragis sekali melihat beberapa korban yang berjatuhan. Ada yang meninggal luka berat, ada juga yang luka ringan,” ujar Yayat.

Jangan Ganggu Konsentrasi

Evakuasi bangkai kendaraan kecelakaan maut tersebut memakan waktu selama 8 jam. Untuk mengrvakuasi korban dilakukan selama lima jam, sedangkan mengevakuasi kendaraan selama tiga jam.

“Petugas juga kalau lihat begitu pasti juga tidak konsen karena berbaur dengan warga dan korban. Itu ngerinya pas nolongin orang yang patah tulang yang kejepit di mobil. Yah namanya orang walupun sudah biasa juga tetap suka ada ngerinya,” tambahnya.

Yayat menghmbau kepada warga agar ketika ada penanganan mobil yang kecelakaan jangan menghalang-halangi petugas. Jangan terlalu dekat dengan lokasi kejadian karena ketika sedang penanganan membuat petugas tidak konsentrasi.

“Saya berharap mudah-mudahan warga bisa memahami pekerjaan kami dan positif dengan pekerjaan kami. Ketika ada kejadian apapun harap langsung lapor ke kami,” tandasnya.(ct6/rez)

Tinggalkan Balasan