Berita

Cerita Warga Cianjur yang Puasa Ramadan di Jepang

×

Cerita Warga Cianjur yang Puasa Ramadan di Jepang

Sebarkan artikel ini

CIANJURUPDATE.COM, Cianjur – Seluruh umat muslim di dunia menjalankan ibadah puasa di bulan Suci Ramadan di tengah pandemi virus Corona atau Covid-19. Termasuk di Jepang, yang juga terdapat Warga negara Indonesia (WNI) sedang menjalankan puasa di Negeri Sakura itu.

Salah seorang warga Cianjur yang bersekolah di Shizuoka International Language School, Jepang, Akmaliyah Silfia, misalnya. Ia menceritakan kisahnya menjalani ibadah puasa Ramadan di Negeri Sakura itu.

“Suasana Ramadan di sini pastinya gak seindah di Indonesia, gak terlalu ngena banget. Seperti hari-hari biasa,” tuturnya saat dihubungi Cianjur Update, Rabu (28/04/2020).

Bahkan, menurut perempuan yang kerap disapa Akmal ini, berpuasa di Jepang terbilang berat. Sebab pedagang makanan dan minuman hilir mudik di siang hari.

“Kalah dibilang berat sih iya, karena banyak cobaannya di sinikan orang lain biasa makan kalau kita kan enggak. Terus di jalan itu kan banyak mesin penjual minuman otomatis yang bisa beli kapan aja. Itu juga jadi godaan buat Akmal sendiri sih khususnya,” ungkap dia.

Alumni MAN 1 Cianjur tahun 2019 ini pun mengungkapkan kesulitan lainnya yang harus dihadapi adalah pandemi virus Corona atau Covid-19. Ia yang tinggal di Shizuoka tidak diperbolehkan pergi ke manapun.

“Terus kesulitannya itu pas ada Corona itu gak boleh kemana-mana, gak boleh ada kumpul-kumpul. Sedangkan orang yang puasa kan pengen tuh yang namanya ngabuburit ke mana gitu. Terus pengen salat tarawih berjamaah gitu tapi kan ga boleh kumpul-kumpul. Kalau ketahuan bahaya,” ujar dia.

Rindu Suara Azan

Berbeda dengan di Indonesia, lamanya menahan lapar dan haus saat puasa di Jepang lebih panjang. Akmal bercerita, puasa di sana selisih dua jam dari Indonesia atau sekitar 16 jam.

“Terus masalah waktu itu juga kan beda. Di sini waktu puasanya lebih panjang dua jam dari Indonesia. Tapi kita mesti bersyukur, ‘oh ternyata begini ya rasanya berjuang mencintai Allah itu’. Tapi indah kok, setiap cinta kan butuh perjuangan,” katanya.

Ia pun berharap pandemi Covid-19 bisa segera usai. Terlebih ia ingin melaksanakan salat id di luar kota, karena di Shizuoka tidak ada masjid sama sekali.

“Pengen bisa dengerin suara azan yang lima kali sehari biasa didenger. Pengen bisa takbiran di masjid kalau lebaran. Pengen setiap sore bisa dengerin sholawatan meskipun kita lagi di jalan.” tukasnya.(afs/rez)

Tinggalkan Balasan