banner 325x300
Berita

Cuaca di Cianjur Lebih Dingin, Begini Penjelasan BMKG

×

Cuaca di Cianjur Lebih Dingin, Begini Penjelasan BMKG

Sebarkan artikel ini
Cuaca di Cianjur Lebih Dingin, Begini Penjelasan BMKG
DINGIN: Cuaca di Cianjur saat ini dinilai lebih dingin dari biasanya. (Foto: Ilustrasi)

CIANJURUPDATE.COM, Cianjur – Cuaca di Cianjur saat ini dinilai lebih dingin dari biasanya. Ternyata hal ini tidak hanya terjadi di Cianjur, tetapi beberapa daerah lain di Pulau Jawa pun mengalami hal yang sama.

Fenomena suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau yaitu pada Juli-September. Tak heran jika cuaca di Cianjur menjadi lebih dingin.

Saat ini wilayah Pulau Jawa hingga NTT menuju periode puncak musim kemarau. Periode ini ditandai pergerakan angin dari arah timur, yang berasal dari Benua Australia.

Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Herizal mengatakan, saat Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin.

Menurutnya, ada pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia.

“Angin monsun Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut yang relatif lebih dingin. Sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) terasa lebih dingin juga,” ujar Herizal, Kamis (29/7/2021).

Selain dampak angin dari Australia, lanjutnya, berkurangnya awan dan hujan di Pulau jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari.

Sebab, tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer.

Tak hanya itu, langit yang cenderung bersih awannya atau clear sky akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar.

“Sehingga kemudian membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari. Hal ini yang kemudian membuat udara terasa lebih dingin terutama pada malam hari,” papar dia.

Mengenai aphelion yang berdampak pada suhu udara saat malam, Herizal mengatakan, bahwa posisi matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari bumi (aphelion).

“Tapi, kondisi tersebut tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer permukaan,” ungkap dia.

Aphelion sendiri merupakan fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali pada kisaran bulan Juli.

“Sementara itu, pada waktu yang sama, secara umum wilayah Indonesia berada pada periode musim kemarau. Hal ini menyebabkan seolah aphelion memiliki dampak yang ekstrem terhadap penurunan suhu di Indonesia,” terang dia.

Fenomena ini merupakan hal yang biasa terjadi tiap tahun. Bahkan, hal ini pula yang nanti dapat menyebabkan beberapa tempat seperti di Dieng dan dataran tinggi atau wilayah pegunungan lainnya, berpotensi terjadi embun es (embun upas) yang dikira salju oleh sebagian orang.

Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi, Guswanto mengatakan, berdasarkan pengamatan BMKG di seluruh wilayah Indonesia, saat ini memang rata-rata suhu minimum dan maksimum di wilayah Indonesia bagian selatan ekuator seperti Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara umumnya lebih rendah dibandingkan wilayah lainnya yang berada di utara dan/atau di sekitar ekuator.

“Suhu udara minimum berkisar antara 14 – 21 derajat Celsius dengan suhu terendah tercatat di Maumere dan Tretes (Pasuruan),” tandas Guswanto.(afs/sis)

banner 325x300
banner 325x300

Tinggalkan Balasan