banner 325x300
Berita

DBD di Cianjur Capai 224 Kasus, Dinkes Minta Masyarakat Jaga PHBS

×

DBD di Cianjur Capai 224 Kasus, Dinkes Minta Masyarakat Jaga PHBS

Sebarkan artikel ini
DBD di Cianjur Capai 224 Kasus, Dinkes Minta Masyarakat Jaga PHBS
PHBS: Ratusan warga terjangkit penyakit DBD dan Chikungunya, Dinkes minta PHBS terus dijaga. (Foto: Istimewa)

CIANJURUPDATE.COM, Cianjur – Selama musim hujan, potensi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Chikungunya akan terus mengintai.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur mencatat, kasus DBD di Cianjur hingga awal November 2021 ini sudah mencapai 224 kasus dan pada 2020, ada sebanyak 700 kasus.

Kasus pasien DBD yang meninggal pada 2021 hanya ada dua orang dan pada 2020 ada sebanyak 7 orang.

Sementara untuk kasus Chikungunya, pada 2021 tercatat kurang dari 100 kasus. Pada 2020, kasus Chikungunya mencapai 114 kasus.

Wilayah yang berpotensi kasus DBD dan Chikungunya adalah Kecamatan Cianjur, Karangtengah, dan Cilaku.

Baru-baru ini, kasus Chikungunya terjadi ada di Kampung Cisarua, Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur.

“Kasus yang di Nagrak menimpa beberapa keluarga, saat ini sudah dilakukan fogging,” ujar Kabid P2P Dinkes Cianjur, dr Yusman Faisal kepada Cianjur Today, Sabtu (13/11/2021).

Setelah penyelidikan epidemiologi (PE), lanjut Yusman, ternyata ditemukan banyak jentik nyamuk di lokasi. Ia menjelaskan, jentik nyamuk Chikungunya dan DBD hampir sama.

“Tapi gejalanya berbeda dan hasil labnya juga beda,” jelasnya.

Berdasarkan gejala dan hasil laboratorium, di Desa Nagrak bisa dipastikan merupakan kasus Chikungunya. Yusman menyebut, penanganan Chikungunya dan DBD sama.

“Penanganannya itu sama dengan DBD yaitu pemberantasan sarang nyamuk (PSN),” jelas Yusman.

Baru-baru ini pun diduga ada kasus Chikungunya di wilayah Warungkondang. Namun, Yusman belum bisa memastikan hal tersebut.

“Tapi harusnya surveillance di kecamatan maupun di kabupaten aktif. Biasanya mereka sudah punya link, ketika ada kasus biasanya cepat dilaporkan,” ucap Yusman.

Yusman menjelaskan, waktu yang berisiko memunculkan kasus DBD dan Chikungunya adalah saat pergantian musim. Sebab, jentik nyamuk identik dengan lingkungan.

“Kepadatan penduduk juga berpengaruh, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) juga, dan salah satunya PSN yang harus dilakukan seminggu sekali,” terangnya.

Yusman mengimbau masyarakat, agar memperhatikan lingkungan selain individu. Sebab, DBD dan Chikungunya bisa menyebabkan tingginya angka kesakitan.

“Lebih lagi karena ada angka kematian, masyarakat harus waspada. Ketika ada gejala harus berobat dan melaporkan ke instansi sekitar dan berkoordinasi dengan perangkat desa,” tutupnya.(afs/sis)

banner 325x300
banner 325x300

Tinggalkan Balasan