banner 325x300
Berita

Dorong Kesenian Cianjur, DKC Akan Bangkit Lagi

×

Dorong Kesenian Cianjur, DKC Akan Bangkit Lagi

Sebarkan artikel ini
Gedung Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera) atau yang saat ini dikenal sebagai gedung Dewan Kesenian Cianjur (DKC) merupakan salah satu bangunan bersejarah di Kabupaten Cianjur.
Gedung Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera) atau yang saat ini dikenal sebagai gedung Dewan Kesenian Cianjur (DKC) merupakan salah satu bangunan bersejarah di Kabupaten Cianjur.

CIANJURUPDATE.COM, Cianjur – Dewan Kesenian Cianjur (DKC) akan kembali membangkitkan kesenian dan para seniman di Cianjur. Kini, DKC tengah mempersiapkan berbagai program demi melestarikan kesenian Cianjur.

Ketua Umum DKC, Yusuf Zamzam atau yang kerap disapa Yusuf Gigan mengatakan , DKC akan mengutamakan profesionalisme lara seniman. Pihaknya pun akan mencoba program residensi seni dengan mengundang orang asing agar bisa mempelajari seni dan tradisi di Cianjur.

“Artinya kita memposisikan para seniman sebagai pengurus di dewan kesenian Cianjur, karena memang dewan kesenian Cianjur sebagai lembaga kesenian membutuhkan orang-orang sebagai praktisi seni di dalamnya. Maka kita menguatamakan itu,” tuturnya, Rabu (09/09/2020).

Pegurus DKC, lanjut dia, terdiri atas seniman lintas bidang, seperti bidang teater, tari, sastra, komite film. Bahkan, ada pula orang-orang di bidang Cianjuran seperti ngaos, mamaos, dan maenpo. Seniman-seniman itu pun ditempatkan sesuai proporsinya masing-masing.

“Memang ada satu dua orang yang tidak sebagai seniman secara langsung, tapi dia menguasai bidang-bidang yang dibutuhkan oleh sebuah lembaga kesenian. Misalkan soal digital atau jaringan, dan juga soal bagaimana mengelola dewan kesenian Cianjur supaya lebih berdaya dan optimal. Maka kita menarik satu dua orang itu terdiri dari mereka yang bergelut di bidang-bidang yang dibutuhkan oleh dewan kesenian Cianjur,” jelas dia.

Pogram DKC sendiri, lanjut dia, akan mendorong seniman untuk berkarya, mencipta, dan juga melestarikan. Sebab, ianmenilai DKC sebagai lembaga yang berfungsi sebagai pelestari, tetapi juga pengembang kesemian.

“Artinya seniman juga selian melestarikan kesenian-kesebnian yang sduah ada di dorong untuk menciptakan kesenian-kesenian berupa kekaryaan atau penciptaan. Ini yang akan kami dorong,” kata dia.

Bukan Hanya Kesenian Lokal

Bahkan, ada pula program-program di DKC yang tidak hanya berorientasi pada kesenian-kesenian lokal. Tapi, DKC memposisikan sebagai lembaga yang hadir di masyarakat Jabar atau Indoneisa. Artinya program-program itu dibaca dan diikuti, yang kemudian diapresiasi masyarakat secara lebih luas.

“Selain keseian-kesenian yang memang diperuntukan untuk masyarakat Cianjur. Kita akan menggagas bagaimana realitas kesenian di DKC juga adalah kebutuhan masyarakat Jabar, kebutuhan masyarakat Indenesia,” ungkap dia.

Hal yang paling penting untuk digarap, katanya, membuat kesenian-kesenian yang hadir nilai filosofi untuk masyarakat Cianjur dalam membentuk etika, prilaku, dan karakter. Sebab kesenian pun tidak harus dipandang sebagai hiburan. Tetapi, kesenian harus berkontribusi terhadap sosial, persoalan politik hingga pendidikan.

“Kemudian juga di baca ulang sebagai seni yang memiliki nilai manfaat untuk kehidupan secara lebih universal, itu yang akan di garis bawahi oleh DKC,” kata dia.

Juga, agar DKC memberi manfaat secara ekonomi bagi masyaraklat sekitar dan para pelaku seni. Serta, agar ekonomi kreatif bisa terwujud di DKC. Pertunjukan-pertunjukan di kemas secara profesional, dan ruang-ruang di DKC lebih produktif sebagai tepat berbagi pemikiran, dan pertemuan antara masyarakat serta pelaku seni.

“Kami akan mencoba program residensi seni, yang mengundang masyarakat di luar Cianjur. Baik Jabar atau nasional atau mungkin orang-orang dari luar Indonesia untuk memperlajari seni tradisi di Cianjur. Kita bisa bekerja sama misalkan dengan Japan Foundation apakah tiga atau lima orang, mahasiswa-mahasiswa Jerman misalkan untuk tinggal di Cianjur selama satu bulan dan mempelajari seni-seni tradisi khususnya seni tradisi Cianjur,” kata dia.

Kedepannya, hal itu akan dicoba sebagai proses residensi untuk kepentingan bersama. Juga, residensi ini bentuknya mengundang seorang tokoh maenstro di bidangnya msing-masing.

“Misalkan maestro tari, teater, film atau sastra untuk tinggal di Cianjur selama satu bulan atau satu minggu untuk diserap ilmunya melalui program residensi itu oleh guru seni, siswa, dan masyarakat Cianjur. Dan ini akan kami lakukan secara bertahap.” tukasnya.(afs)

banner 325x300
banner 325x300

Tinggalkan Balasan