Gaya Hidup

Fakta-fakta Video Viral Tiga Siswa Seberangi Sungai dengan Seutas Tali

×

Fakta-fakta Video Viral Tiga Siswa Seberangi Sungai dengan Seutas Tali

Sebarkan artikel ini
Fakta-fakta Video Viral Tiga Siswa Seberangi Sungai dengan Seutas Tali
FAKTA: Video siswa yang menyeberangi sungai dengan seutas tali viral di medsos. (Foto: Istimewa)

CIANJURUPDATE.COM – Baru-baru ini sebuah video tengah viral di media sosial yang menampilkan tiga siswa seberangi sungai dengan seutas tali layaknya ‘flyingfox’.

Mereka bertaruh nyawa saat hendak menyebrangi sungai menggunakan seutas tali dan keranjang bambu.

Video tersebut dibagikan oleh akun Instagram @undercover.id dan berhasil membuat warganet miris dan iba. Bagaimana tidak? Tiga siswa seberangi sungai itu harus melakukan hal yang membahayakan.

Dalam video pun terlihat, ketiga siswa tersebut terdiri atas dua perempuan dan satu laki-laki. Mereka bersama-sama menyeberangi sungai tersebut. Awalnya, ketiga siswa itu terlihat menaruh tas dan alat sekolahnya di sebuah keranjang bambu.

Ketiganya juga berusaha berpegangan pada keranjang bambu itu. Jaring bambu itu terikat pada tali yang menggantung pada besi yang terpasang melintangi sungai.

Setelah itu, mereka mengambil langkah mundur bersama, lalu berlari dan tali yang menggantung tersebut akan membawa mereka ke seberang. Parahnya lagi, di seberang sungai juga tidak terlihat orang dewasa yang mengawasi mereka.

Berikut fakta-fakta video viral tiga siswa seberangi sungai dengan seutas tali tersebut.

  1. Terletak di Desa Kuntu, Kabupaten Kampar, Riau

Setelah ditelusuri, lokasi video viral itu berada di Desa Kuntu, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Riau.

Kepala Desa Kuntu, Asril Bakar mengatakan, tingkah sejumlah bocah berseragam SD dalam video itu merupakan ajang permainan saja.

Sebab biasanya, untuk sampai ke sekolah, mereka melintas sungai itu dengan sepeda motor atau pun melintas jalur lainnya yang sudah layak.

“Jadi itu bukan di perkampungan sebenarnya, tapi berada di perkebunan sawit. Ada yang tinggal di situ sekitar 15 KK, mereka bekerja dengan yang punya kebun, anak mereka yang SD ada tujuh orang dan SMP dua orang” ujar Asril Bakar.

  1. Digunakan untuk Membawa Hasil Buah Sawit

Asril menegaskan, keranjang bambu tersebut adalah keranjang untuk lansir hasil buah sawit.

“Sungai itu merupakan jalur satu-satunya untuk membawa buah sawit dari dalam kebun. Di seberang sana, biasanya para pengepul sawit menunggu untuk menimbang hasil panen,” ungkapnya.

  1. Pemda Kampar Sudah Bangun Jalur Umum

Asril menyebut, bahwa sebenarnya jalur umum yang dibangun Pemda Kampar sudah ada. Namun, mereka yang menyeberangi sungai tersebut ingin melalui jalur pintas agar cepat sampai ke sekolah yang berada di Desa Kuntu Darussalam, desa pemekaran dari Desa Kuntu.

“Sungai itu dangkal, biasanya mereka mau cepat ke sekolah lewat situ, dan kalau banjir mereka naik motor sama orangtuanya untuk menerobos sungai. Kalau jalan yang seharusnya sudah ada, tapi memang agak jauh mereka mutar,” jelas dia.

  1. Lokasi Penyeberangan Adalah Area Perkebunan

Kembali lagi, Asril mengungkapkan, bahwa kawasan itu merupakan perkebunan, bukan perkampungan.

Sebab wilayah desa yang pimpinan Asril tersebut merupakan desa maju yang dari segi infrastruktur sudah memadai.

“Sungai itu kira-kira 5 sampai 6 meter panjangnya. Menurut saya, kalau Pemda tugasnya sudah selesai, jalan umumnya sudah dua kali pembangunan, jalannya sudah bagus,” sebutnya.

  1. Sempat jadi Sorotan KPAI

Tak ketinggalan, video viral tiga siswa seberangi sungai tersebut turut disoroti Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Rita Pranawati.

Menurutnya, di luar kejadian tersebut, sudah seharusnya pemerintah daerah melakukan mapping terkait dengan ketersediaan sekolah hingga akses masyarakatnya.

“Sehingga tidak membahayakan anak dan mendukung SDM (sumber daya manusia) Indonesia yang baik,” kata Rita.

Ia menambahkan, selaras dengan upaya meningkatkan SDM Indonesia, pendidikan anak harus menjadi prioritas. Di antaranya harus segera ada infrastruktur yang memadai dan layak untuk anak-anak.

“Kota layak anak harus ada, sehingga infrastruktur harus jadi pertimbangan untuk kebutuhan penduduk, termasuk anak-anak dalam mengakses pendidikan,” tutur dia.

“Karena bagaimana pun pendidikan adalah kunci untuk itu semua,” lanjutnya.

Rita menyampaikan, seluruh pihak harus mendukung perlindungan dan pemenuhan hak anak. Termasuk dalam pendidikan sesuai dengan bidang dan kewenangannya.

“Ada situasi sulit seperti itu, segera sampaikan ke pemerintah daerah, dari desa juga bisa melaporkan dan itu menjadi upaya penyelesaian,” papar dia.

Pendidikan pada anak, lanjut Rita sangat penting, karena akan berdampak pada banyak hal seperti perkawinan anak dan kemiskinan.(ega/sis)

https://riau.suara.com/read/2021/06/11/120348/fakta-di-balik-siswa-sd-naik-keranjang-gantung-seberangi-sungai

Tinggalkan Balasan