banner 325x300
Gaya Hidup

Hari Buku Nasional, Ketahui Sejarah Panjangnya di Tengah Minat Baca Masyarakat yang Rendah

×

Hari Buku Nasional, Ketahui Sejarah Panjangnya di Tengah Minat Baca Masyarakat yang Rendah

Sebarkan artikel ini
https://jv.m.wikipedia.org/wiki/UNESCO
BUKU: Peringatan Hari Buku Nasional jatuh pada 17 Mei sebagai upaya untuk meningkatkan minat baca masyarakat. (Foto: Hasna Nabila/cianjurupdate.com)

CIANJURUPDATE.COM – Peringatan Hari Buku Nasional ternyata memiliki sejarah panjang yang cukup memprihatinkan. Seperti apa kisahnya, simak selengkapnya di bawah ini, ya.

Sejarah Hari Buku Nasional

Peringatan Hari Buku Nasional jatuh pada 17 Mei. Di tanggal yang sama, pada (17/5/1980) pemerintah juga mendirikan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Momentum tersebut pun kemudian menjadi dasar penetapan Hari Buku Nasional. Perayaannya pun sudah dilakukan sejak 2002 lalu.

Penetapan Hari Buku Nasional sendiri merupakan hasil pemikiran Abdul Malik Fadjar sebagai Menteri Pendidikan dari Kabinet Gotong Royong periode 2001-2004.

Kondisi perbukuan dan minat baca yang rendah menjadi latar belakang penetapan peringatan Hari Buku Nasional.

Berdasarkan data Kemdikbud pada 2007, judul buku yang mampu dicetak hanya sebanyak 18 ribu tiap tahun.

Jumlah tersebut ternyata jauh di bawah Jepang yang mencetak 40 ribu judul buku per tahun atau China yang mencetak 140 ribu judul buku per tahun.

Penetapan hari tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Sebab, angka melek huruf di Indonesia nyatanya masih sangat rendah.

Berbagai hasil survey dan penelitian telah membuktikan hal tersebut, semisal survey dari UNESCO pada 2011 lalu.

Survey itu pun menunjukkan indeks tingkat membaca masyarakat di Indonesia hanya sebesar 0,001 persen.

Artinya, dari 1.000 penduduk Indonesia, hanya ada satu orang saja yang memiliki keinginan untuk membaca buku. Angka yang dinilai sangat rendah.

Sementara pada hasil penelitian Programme for International Student Assessment (PISA), disebutkan bahwa budaya literasi masyarakat Indonesia berada di urutan ke 64 dari 65 negara yang diteliti.

Dalam penelitian yang sama pula, PISA menunjukkan hasil dari minat baca siswa Indonesia yang ditempatkan pada urutan ke 57 dari 65 negara yang diteliti.

Bahkan pada sebuah survei penelitian yang dirilis oleh Most Literate Nations pada Maret 2016 silam.

Terkait pemeringkatan literasi internasional, Indonesia menempati urutan kedua terbawah dari total 61 negara yang diteliti.

Karena minat baca di Indonesia yang rendah, sehingga menumbuhkan kebiasaan membaca buku menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia.

Tantangan yang dihadapi Indonesia tidak hanya agar seluruh warga bisa membaca, menulis, dan menghitung.

Tetapi juga menyiapkan generasi penerus bangsa dengan kemampuan memadai sebab terkait kualitas hidup masyarakat.

Untuk mewujudkan itu, pemerintah Indonesia menyebutkan ada tiga modal utama yang harus dimiliki, yaitu, literasi dasar, kompetensi utama, dan karakter.

Literasi adalah bekal penting yang sangat diperlukan untuk dapat bersaing dengan negara-negara lain di dunia. Di antaranya, literasi dasar terkait dengan kemampuan baca, tulis dan hitung.

Demi meningkatkan kegemaran membaca, bisa dimulai dengan menumbuhkan minat baca, kebiasaan membaca, budaya membaca, hingga kemampuan membaca.

Serta dibarengi kemampuan literasi lain, yaitu literasi IT, literasi sains, literasi finansial, dan kemampuan literasi lain seiring perkembangan zaman.

Modal kompetensi yang dibutuhkan di masa depan adalah kemampuan berpikir kritis, kemampuan untuk kreatif, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan bekerja sama.

Itu dia penjelasan sejarah Hari Buku Nasional, semoga bermanfaat ya, Today People.(ct7/sis)

banner 325x300
banner 325x300

Tinggalkan Balasan