banner 325x300
Opini

Kognisi yang Diperluas Pada Pendidikan Kontemporer

×

Kognisi yang Diperluas Pada Pendidikan Kontemporer

Sebarkan artikel ini
KOGNISI YANG DIPERLUAS PADA PENDIDIKAN KONTEMPORER

CIANJURUPDATE.COM – Kemajuan teknologi bersama dengan internet menyebabkan perubahan yang signifikan dalam berbagai hal, seperti aktivitas sehari-hari. Saat ini penggunaan teknologi, terutama ponsel pintar sangat terasa dalam mengubah cara orang dalam menjalankan aktivitas dalam kesehariannya, seperti menemukan informasi melalui mesin pencari Google, atau setidaknya dalam memesan makanan, kendaraan, atau memesan sesuatu melalui jasa ojek online dan toko online. Lebih dari itu, bahkan kita dapat mengkomputasi secara otomatis dan tidak lagi dilakukan secara manual menggunakan kognisi alami yang manusia.

Penggunaan teknologi di luar kognisi alami manusia tersebut menimbulkan pro dan kontra dalam proses pendidikan kontemporer. Sesungguhnya pro kontra ini terjadi hampir di setiap negara, tidak terlepas dari negara yang menjadi pelopor pengembangan teknologi itu sendiri, seperti Jepang, Amerika, bahkan China. Namun, pembahasan kali ini akan berfokus pada penggunaan teknologi pada pendidikan kontemporer di Indonesia. Saat ini tidak semua sekolah setuju penggunaan gadget di kelas sebagai penunjang dalam proses pembelajaran, pihak sekolah merasa bahwa penggunaan gadget malah menjadi distraksi bagi siswa untuk fokus dalam proses pembelajaran. Mungkin tidak semua sekolah resistant terhadap teknologi, namun sekolah yang setuju dengan penggunaan teknologi sekalipun masih mencari bentuk pendekatan terbaik, agar penggunaan teknologi tersebut efektif dalam meningkatkan kemampuan kognisi siswa, alih-alih menurunkannya.

Terkait efektivitas penggunaan teknologi. Banyak riset pengembangan teknologi yang dilakukan pada domain pendidikan, namun faktanya hilirisasi dari hasil riset tersebut belum terlihat dan digunakan secara masif pada proses pembelajaran. Hal tersebut menunjukan, walaupun hasil riset tersebut menunjukan validitas, kemudahan, dan efektivitas penggunaan teknologi dan telah diujikan secara terbatas di ruang kelas, namun fakta di lapangan menunjukan bahwa terdapat skeptisme terhadap penggunaan teknologi tersebut di ruang kelas. Tentu skeptisme ini harus jadi pertimbangan, karena tentunya tidak berangkat dari hanya sekadar dugaan semata, namun dari pengamatan dan pengalaman guru terhadap penggunaan teknologi di ruang kelas.

Berdasarkan pengalaman penulis dalam mengajar maupun melaksanakan observasi penggunaan teknologi di ruang kelas, terutama ketika masa pandemi Covid-19, penggunaan teknologi ini pada banyak kasus malah menimbulkan masalah baru, menariknya masalah ini tidak hanya dirasakan oleh siswa, bahkan guru sekalipun. Masalah yang ditemukan di lapangan tidak lebih dari sekadar dari tidak praktisnya penggunaan teknologi tersebut pada proses pembelajaran. Namun, sepertinya kita semua setuju masalah ketidakpraktisan penggunaan teknologi tersebut mempunyai solusi yang sederhana, yaitu pelaksanaan pelatihan yang dapat dilakukan baik oleh pihak sekolah maupun Dinas Pendidikan terkait. Namun permasalahan yang lebih esensial yang penulis temukan baik di lapangan maupun dari beberapa literatur justru berkaitan dengan kebingungan guru menempatkan posisi teknologi di ruang kelas. Kesalahan memosisikan teknologi ini alih-alih membantu akselerasi peningkatan kognisi siswa justru malah membuat siswa melemahkan esensi materi yang diberikan, karena merasa bahwa semua fakta ilmiah yang seharusnya mereka pelajari, sekarang sudah dapat diakses dengan mudah menggunakan teknologi dan internet. Hal tersebut yang menjadi kekhawatiran guru ketika akan menerapkan teknologi di ruang kelas.

Menyikapi permasalahan tersebut, guru dihadapkan pada dua pilihan, pertama yaitu tetap menghadapi tantangan penggunaan teknologi di ruang kelas, seperti halnya sekolah-sekolah yang tetap berjuang menemukan pendekatan terbaik kendati dihadapkan oleh tantangan yang berat, atau meminimalkan penggunaan teknologi di ruang kelas, bahkan menghilangkannya sama sekali, dan tidak mengambil resiko terhadap penurunan kognisi alami siswa. Tentu sebaiknya, tantangan itu tetap dihadapi sambil menemukan formulasi penggunaan teknologi terbaik di ruang kelas.

Sebagai salah satu solusi yang akan ditawarkan, penulis mencoba melihat peran pendidikan dari sisi pengembangan pengetahuan melalui landasan filosofis. Pitchard (2019) menyebutkan bahwa penggunaan teknologi dalam pendidikan berperan sebagai kognisi yang diperluas. Artinya bahwa penggunaan teknologi bukan semata-mata sebagai instrumen pengganti kognisi alami siswa, seperti halnya penggunaan kalkulator yang menggantikan proses perhitungan atau mesin pencari sebagai pengganti hafalan fakta ilmiah. Lebih dari itu teknologi harus diposisikan sebagai kognisi yang diperluas, atau bagian tak terpisahkan dari keseharian siswa dalam proses pembelajaran. Melalui kognisi yang diperluas siswa memiliki dua kognisi, pertama kognisi alami yang dimilikinya sebagai bawaan kemampuan alami dan kognisi yang berasal dari pemanfaatan teknologi. Artinya dalam prosesnya, penggunaan dua kognisi itu dilakukan secara bersama, tidak terpisah. Seorang siswa akan menggunakan teknologi pada saat memerlukan informasi terkait fakta ilmiah atau informasi berbasis pengetahuan semata dan menggunakan kognisi alami untuk dapat mengakses kreativitas, kecermatan, kegigihan, bahkan keberanian. Pada akhirnya siswa tidak akan lagi menyadari apakah dia menggunakan kognisi alami atau bantuan teknologi dalam proses belajar.

Pitchard (2019) memberikan beberapa contoh penggunaan teknologi sebagai kognisi yang diperluas tersebut, misal dalam penggunaan lensa mata yang memiliki teknologi yang terhubung langsung dengan internet sehingga pengguna dapat langsung mengetahui informasi terkait benda-benda yang terdapat di lingkungan sekitar. Penggunaan teknologi dengan cara tersebut dapat meningkatkan kemampuan kognisi seseorang dengan signifikan, karena orang tersebut dapat fokus pada pengembangan pengetahuan yang lebih mendalam dan meluas dari sebelumnya, karena informasi yang berupa fakta dan data dapat langsung diakses menggunakan bantuan teknologi berbasis internet. Selain itu, saat ini telah dikembangkan metode peningkatan kemampuan kognitif dengan nama Neuromedia, ini merupakan suatu kasus khusus dalam penerapan kognisi yang diperluas. Teknologi ini diterapkan dengan cara langsung menanamkan teknologi pada sel saraf inti atau langsung ke otak manusia untuk dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya. Pada awalnya teknologi ini digunakan pada orang dengan kasus khusus, cedera atau kekurangan pada saat lahir, sehingga membutuhkan bantuan untuk dapat mengembalikan kemampuan kognitifnya agar kembali normal. Namun tidak menutup kemungkinan teknologi ini kemudian dikembangkan untuk dapat melakukan “hacking” pada pengembangan kognitif manusia.

Kembali pada penerapan teknologi di ruang kelas. Perlu di perhatikan bahwa, apabila konteks penggunaan teknologi di ruang kelas hanya sebagai instrumen siswa dalam memperoleh informasi atau fakta ilmiah yang bersifat hafalan, barang tentu penggunaan teknologi seperti itu hanya akan menurunkan kognisi alami siswa, alih-alih meningkatkan kemampuan kognisinya. Namun apabila penggunaan teknologi diperankan sebagai bagian dari kognisi alami siswa dan digunakan secara bersama, hal tersebut akan meningkatkan kemampuan kognisi siswa secara signifikan, sehingga menghasilkan kognisi yang diperluas. Tentu tidak mudah dalam merekayasa teknologi semacam itu dalam ruang kelas, namun paling tidak arah penggunaan teknologi pada pendidikan kontemporer harus mengacu pada apa yang disebut kognisi yang diperluas. Lebih jauh, perluasan kognisi tentu akan berdampak pada paradigma tujuan pembelajaran di kelas, tujuan pendidikan lama yang masih mengacu pada hafalan dan fakta ilmiah saja tentu harus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan kemampuan kognitif siswa.

banner 325x300
banner 325x300

Tinggalkan Balasan