banner 325x300
Berita

Kolaborasi dengan Alumni HMI dan KNPI, Rumah Idea Selenggarakan Bedah Buku

×

Kolaborasi dengan Alumni HMI dan KNPI, Rumah Idea Selenggarakan Bedah Buku

Sebarkan artikel ini

CIANJURUPDATE.COM, Cianjur – Rumah Idea menyelenggarakan bedah buku “Pembaharuan Pemikiran Pendidikan Paulo Freire” yang berkolaborasi dengan KNPI Cianjur dan Alumni HMI yang tergabung dalam DEMAGOGS.

Kegiatan yang dihadiri sekitar 30 orang ini berlangsung di Ghiyas Coffee Shop pada Selasa (20/4/2021).

Para peserta ini berasal dari berbagai latar belakang seperti aktivis mahasiswa, pengajar, politisi, budayawan, seniman, dan umum.

Jalannya bedah buku ini diisi oleh dua narasumber,
dipandu oleh M Fajar Firdaus (Sekretaris DPD KNPI Cianjur) sebagai moderator.

Kedua narasumber tersebut yaitu Hilman Wahyudi (Pegiat Kajian Filsafat & Kebudayaan sekaligus Punggawa dari Rumah Idea) dan Mi’raj Dodi Kurniawan (Penulis Buku Pembaharuan Pemikiran dan Pendidikan Paulo Freire).

Di awal acara, Hilman sebagai pembedah memulai bahasan dari sejarah perkembangan pendidikan dunia hingga analisis kondisi pendidikan teraktual di negara negara dunia ketiga dengan pemikirian Paulo Freire sebagai pisau analisisnya.

Hilman menguraikan dengan cukup lugas apa yang menjadi ide dasar pendidikan berbasis kesadaran ala Paulo Freire.

Kemudian dijelaskan lebih gamblang oleh Mi’raj Dodi Kurniawan sebagai penulis bukunya langsung, yaitu pendidikan selalu didasarkan pada kesadaran manusia.

Meliputi tiga aspek yaitu kesadaran naif (naival consciousness) yang melihat bahwasannya aspek manusia sebagai akar penyebab masalah. Kesadaran magic (magic consciousness) berupa kesadaran masyarakat yang tidak mampu melihat adanya kaitan satu faktor dengan faktor yang lain. Kesadaran kritis (critical consciousness) yaitu kesadaran yang lebih melihat sistem sebagai sumber masalah.

Banyak Pertanyaan di Bedah Buku Rumah Idea

Untuk mencapai semua kesadaran ini dibutuhkan pendidikan kritis yang berbasis pada realitas sosial. Bukan merupakan pendidikan ‘gaya bank’ yang akan menjadikan murid sebagai robot yang tidak mengerti akan realitas sosial yang dihadapinya.

Pendidikan yang mampu melakukan refleksi kritis terhadap ‘ideologi dominan’ yang berlaku di dalam masyarakat, menantang sistem yang tidak adil, dan memikirkan sistem alternative ke arah transformasi sosial menuju masyarakat yang adil.

Dalam kegiatan tersebut juga bermunculan pertanyaan pertanyaan dari para peserta berkaitan dengan pendidikan paradigmatik, yang mampu mengurai persoalan pendidikan.

Ke depan, Rumah Idea sebagai rumah bagi para cendikiawan yang concern dalam mewadahi ide-ide pembaharuan dan progresif bisa menjadi motor penggerak bagi terbentuknya sebuah tatanan sosial masyarakat yang kritis lebih baik.(rez)

banner 325x300
banner 325x300

Tinggalkan Balasan