Nasional

Harus Tahu! Makna, Tema, Sejarah Sumpah Pemuda 2020

×

Harus Tahu! Makna, Tema, Sejarah Sumpah Pemuda 2020

Sebarkan artikel ini

CIANJURUPDATE.COM – Ada yang tahu nggak Sumpah Pemuda 2020 usianya berapa? Ya, tanggal 28 Oktober tahun ini akan diperingati dalam usianya yang ke-92, Sumpah Pemuda adalah peristiwa besar dan penting buat bangsa kita dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda dan merebut kemerdekaan nasional.

Bisa dikatakan kalau tidak ada Sumpah Pemuda maka kemerdekaan yang di proklamasikan di tahun 1945 juga tidak akan di dapat. Sumpah Pemuda 1928 adalah asal mula proklamasi kemerdekaan 1945 yang melahirkan NKRI.

Makna Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda adalah sumber konsep besar persatuan bangsa yang dikenal sebagai Bhinneka Tunggal Ika. Sumpah Pemuda juga dasar inspirasi besar Bung Karno untuk merumuskan Pancasila.

Arti penting semangat yang dijiwai oleh Sumpah Pemuda dalam menumbuhkan persatuan yang menjadi modal perjuangan merebut kemerdekaan untuk memasuki masa depan yang lebih baik.

Memaknai peristiwa Sumpah Pemuda 1928 adalah hal yang penting. Indonesia yang bersatu dan maju adalah harapan bersama semua anak bangsa dan harapan itu bisa terus dihidupkan dalam memori setiap bangsa salah satunya dengan memperingati peristiwa Sumpah Pemuda 1928.

Tema Sumpah Pemuda 2020

Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI) Zainudin Amali secara resmi meluncurkan logo Hari Sumpah Pemuda ke-92 tahun 2020 yang disiarkan langsung di TVRI, Kamis (1/10) yaitu bersatu dan bangkit.

Tema Bersatu dan Bangkit punya arti tersendiri buat pemuda Indonesia yaitu mereka tidak boleh bercerai-berai.

Walaupun berbeda-beda, pemuda Indonesia harus tetap satu dengan semangat persatuan yang sama-sama dipelihara.

“Konsep logo yang dibuat seakan menyambung dan tidak terputus melambangkan semangat persatuan dan kerjasama untuk melawan Covid-19. Pada font Sumpah Pemuda, memiliki kesan tegas sebagai salah satu sifat pemuda yang energik dan aktif,” jelas Menpora RI.

Sejarah Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda merupakan bukti yang asli bahwa pada tanggal 28 Oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan, oleh karena itu seharusnya seluruh rakyat Indonesia memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia.

Proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu.

Kondisi ketertindasan ini yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup bangsa Indonesia.

Rapat pertama Sumpah Pemuda dilakukan pada hari Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng).

Dalam sambutannya, ketua PPPI Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda.

Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Dengan pentingnya persatuan dan kesatuan, yang dinyatakan pentingnya bertanah air, berbangsa, dan berbahasa “satu”, yaitu Indonesia.

Rapat kedua dilaksanakan pada Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan.

Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah.

Berkenaan juga dengan idealisme, cita-cita luhur, dan visi mendirikan Indonesia merdeka agar benar-benar menjadi bangsa yang maju, sejahtera, beradab, dan dihormati dalam pergaulan dunia.

Rapat penutup dilakukan di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106. Dalam rapat tersebut Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan.

Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres.

Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang lebar oleh Moehammad Yamin.(ct7/afs)

Tinggalkan Balasan