Berita

Mantan Teroris Asal Cianjur: Kaum Milenial Sangat Mudah Direkrut dan Didoktrin

×

Mantan Teroris Asal Cianjur: Kaum Milenial Sangat Mudah Direkrut dan Didoktrin

Sebarkan artikel ini
Mantan Teroris Asal Cianjur: Kaum Milenial Sangat Mudah Direkrut dan Didoktrin
MANTAN: Ustad Diansyah (34) alias Ustad Syahid merupakan mantan teroris yang bercerita tentang kejamnya ajaran ISIS. (Foto: Afsal Muhammad/cianjurupdate.com)

CIANJURUPDATE.COM, Cianjur – Ustad Diansyah (34) alias Ustad Syahid kini menjalani kehidupannya dengan tenang usai terlepas dari status seorang pembaiat mujahid atau calon teroris yang dijalaninya selama hampir tujuh tahun.

Kini, ia berprofesi sebagai pengajar di salah satu pondok pesantren yang berada di Desa Bangbayang Kecamatan Gekbrong. Kehidupannya kini lebih baik dan tanpa beban.

Berawal pada 2011, ia melihat Timur Tengah dari media televisi dan internet dengan beragam fenomena seperti revolusi Suriah. Ia pun mulai tertarik bagaimana perjuangan mengatasnamakan Islam, hingga sampai menemukan kelompok yang kini dikenal dengan nama ISIS.

“Saya menggali secara mandiri, bahwa kelompok tersebut saya pikir menjadi bagian ajaran Islam, artinya mereka betul-betul menyelamatkan kaum muslimin. Tapi ternyata, kelompok ISIS ini bukan ajaran Islam, karena yang mereka pakai hanya simbol-simbol Islam saja untuk dipakai membius dan mendoktrin yang jauh dari ajaran Islam,” ujarnya kepada Cianjur Today, Kamis (8/4/2021).

Dirinya termasuk orang yang mandiri yang menemukan informasi mengenai ISIS dan mengunduh dari internet lalu membuat kajian mandiri serta kelompok sendiri yang berbasis di Cianjur. Karena magnet tentang khilafah ini menurutnya sangat luar biasa, terutama daya tarik tentang akhir zaman dengan ayat atau hadist, sehingga orang tertarik dengan adanya khilafah apalagi masyarakat yang menantikan konsep sistem khilafah.

“Perekrutan meluas bukan hanya di Cianjur saja. Beberapa kota seperti Jakarta, Tangerang, Bogor, hingga Tasikmalaya,” ungkapnya.

Ayah dari empat orang anak ini bertugas sebagai perekrut dan membaiat anggota-anggota baru yang ingin berafiliasi ke ISIS. Beberapa orang pun tertarik dan mengikuti apa yang menjadi kajian yang selama ini dipelajari.

“Inisiatif sendiri, karena ketika itu dengan keilmuan saya sendiri. Sampai hari ini, saya menyesal telah melakukan sebuah kesalahan besar dalam hidup saya, maka saya pun berjanji dengan kemauan sangat kuat ingin merubah seseorang yang terindikasi paham-paham seperti itu untuk berubah,” paparnya.

Memang tidak mudah. Calon anggota kelompok terlarang ini jika tidak memiliki dasar ataupun pemahaman tentang agama akan memakan waktu cukup lama untuk terdoktrin. Namun, jika memiliki dasar, hanya satu kali pembicaraan maka akan langsung terhasut.

“Kalau mereka memiliki dasar, satu kali pertemuan biasanya langsung nyambung. Tapi jika belum, maka harus dua kali pertemuan,” tuturnya.

Ia menjelaskan, tahapan-tahapan setelah direkrut nanti akan mengikuti kajian-kajian tentang khilafah, tauhid, dan syariat Islam. Setelah mengikuti kajian, akan dipersiapkan untuk latihan semi militer dan teknik-teknik militer yang dilakukan di gunung-gunung dan pernah di kepulauan seribu serta tempat lain yang tidak terdeteksi oleh aparat penegak hukum.

“Setelah itu, merencanakan sebuah aksi untuk bertujuan bahwa ini menjalankan perintah kekhilafahan yang ada di Suriah,” imbuhnya.

Kajian yang diberikan atau disampaikan yakni janji Allah Swt dan Rosul itu tidak mungkin salah, maka itulah yang didoktrinkan. Melalui surat An-nur ayat 55 dan disandingkan dengan khilafah ISIS. Mereka pun tertarik. Dibenturkan juga dengan sistem pemerintahan di Indonesia yang tidak menggunakan sistem khilafah atau tidak memberlakukan syariat Islam.

“Melalui metode cocokologi itu, saya sampaikan pada para anggota,” singkatnya.

Menurutnya, yang paling mudah direkrut yakni sebanyak 70 persen adalah kalangan milenial. Karena ISIS ini lahir atau ada ketika masa internet atau digital sedang berkembang. Kaum milenial banyak menghabiskan waktu kesehariannya di masa tersebut. Berbeda dengan yang sudah lanjut usia, sehingga sulit menguasai teknologi.

“Karena saya sebagai perekrut pun berpengalaman seperti itu, bagi anak muda sangat mudah. Tapi untuk orang tua perlu tahapan-tahapan,” jelasnya.

Ia pun mengatakan, dirinya tertangkap oleh tim polisi pada 2018 lalu dan dipenjara di Polda Metro Jaya kurang lebih selama dua tahun. Kemudian akhirnya dipindahkan ke Lapas Kelas II B Cianjur sekitar dua bulan.

“Setelah mengkaji diri sangat dalam, saya akhirnya menyadari kesalahan saya dan ingin lepas dari semua itu,” ucapnya.

Dirinya pun bersyukur sudah berubah seratus persen dan terkadang sering merenungi atas kekeliurannya dalam mempelajari keilmuan. Ia pun menyampaikan kepada semua pihak agar tidak salah langkah seperti dirinya dahulu.

“Pertama saya bersyukur kepada Allah Swt yang sudah merubah seseorang, dari baik ke buruk dan sebaliknya. Saya sadar, bahwa informasi yang saya terima hanya sepihak atau satu arah. Saya tidak dipaksa oleh siapapun, kajian saya waktu itu banyak kekurangan dan keterbatasan. Saya pun kembali belajar dan mencari informasi penyeimbang, sehingga ternyata apa yang saya waktu itu yakini tidak benar. Karena dulu saya terdoktrin dengan media, maka saya pun bertahap mengikuti media-media bertolak belakang dengan informasi ISIS,” terangnya.

Baginya, tindakan di Makassar dan Mabes Polri tidak dibenarkan, karena tidak ada satu dalil maupun hadist untuk tidakan jihad seperti itu. Karena tidak jelas apa yang dilakukan. Sehingga setelah adanya peristiwa-peristiwa tersebut malah menjadikan kepanikan dan kekhawatiran bagi kaum muslimin di Indonesia. Ia pun mengajak untuk memperbaiki dan mengkoreksi bahwa tindakan-tindakan tersebut tidak dibenarkan dalam agama.

“Saya berpesan yang pertama mencari guru dan ilmu yang benar, nyambung dengan keilmuannya. Harus punya referensi dari berbagai sumber,” tutupnya.(afs/sis)

Tinggalkan Balasan