banner 325x300
Gaya Hidup

Membahayakan, Skullbreaker Chalange Bisa Dijerat Hukum

×

Membahayakan, Skullbreaker Chalange Bisa Dijerat Hukum

Sebarkan artikel ini

CIANJURUPDATE.COM – Media sosial selalu di hadirkan dengan hal-hal baru. Terkini, Skullbreaker Chalange yang sedang tren. Tapi jangan coba-coba menirukannya karena membahayakan.

Skullbreaker Challenge merupakan tantangan yang melibatkan tiga peserta. Berdiri dalam barisan dan salah seorangnya yang berada di tengah melompat. Saat dua kaki pesaerta yang di tengah terangkat ke atas, anak-anak di sampingnya menendang peserta yang di tengah.

Dikutip dari Kumparan pada Sabtu (15/02/2020), Kabid Humas Polda Banten Kombes Pol Edy Sumardi, mengimbau agar masyarakat tak mengikuti aksi Skullbreaker Challenge. Ia khawatir akan keselamatan karena beresiko memakan korban jiwa sangatlah besar.

Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, bahkan hingga memakan korban terancam terkena Pasal 359 KUHP meninggalnya seseorang atau 360 KUHP akibatkan luka berat.

Apa Itu Skullbreaker Challenge?

Usut punya usut, ternyata Skullbreaker Challenge ini telah memakan korban. Seorang siswi SMA di Amerika jadi korbannya.

Bermula ketika siswi tersebuk ikuti tantangan, dengan dipaksakan oleh teman-temannya kepadanya di SMA di Florida. Ia melakukan challenge seperti aturan mainnya, hingga saat dua kakinya terangkat ke atas, anak-anak di sampingnya menendang kakinya saat hendak mendarat.

Hal tersebut mengakibatkan siswi yang berada di tengah jatuh ke belakang dan kepalanya langsung membentur tanah. Akibatnya, siswi tersebut segera dibawa ke rumah sakit. Namun, ternyata hingga seminggu kemudianpun, sakitnya tidak juga hilang.

“Saya bahkan tidak tahu apakah itu bisa dijelaskan, seberapa sakitnya. Tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara mental.” kata siswi tersebut, seperti yang dikutip dari NBC MIAMI.

Akibat kejadian ini, kuasa hukum dari siswi tersebut mengajukan gugatan kepada pihak sekolah yang dinilai telah lalai dengan membiarkan challenge yang sedang tren di media sosial ini terjadi.

Bukan hanya itu, bahkan para orang tua juga didesak untuk berbicara dengan anak-anak mereka tentang penggunaan media sosial. Sebagai bentuk tanggung jawab, dan untuk mengingatkan mereka. Empati terhadap orang lain jauh lebih penting daripada tren online mana pun, apalagi hingga mengancam keselamatan orang lain.(ct4/rez)

Diolah dari berbagai sumber | Foto: Ilustrasi/Tinta Hijau

banner 325x300
banner 325x300

Tinggalkan Balasan