Berita

Paguyuban Pegiat Alam Cianjur (PPAC), Aktif Berperan jadi Relawan Bencana Alam

×

Paguyuban Pegiat Alam Cianjur (PPAC), Aktif Berperan jadi Relawan Bencana Alam

Sebarkan artikel ini
Paguyuban Pegiat Alam Cianjur (PPAC), Aktif Berperan jadi Relawan Bencana Alam
PPAC: PPAC menjadi wadah bagi komunitas pecinta alam di Kabupaten Cianjur. (Foto: Istimewa)

CIANJURUPDATE.COM, Cianjur – Paguyuban Pegiat Alam Cianjur (PPAC), selain menjadi wadah perkumpulan komunitas pecinta alam, juga turut aktif dalam mengkampanyekan pelestarian lingkungan dan menjadi relawan bencana alam.

Koordinator PPAC, Taqyuddin Abdul Jabbar (30) menjelaskan, awal sejarah terbentuknya paguyuban ini, karena semakin maraknya masyarakat yang melakukan kegiatan di alam Indonesia, khususnya di Kabupaten Cianjur.

“Saat ini sudah makin banyak komunitas-komunitas pecinta alam yang melakukan pendakian atau camping. Tapi mereka datang tanpa peralatan yang aman dan kurangnya wawasan terhadap kawasan-kawasan yang mereka kunjungi,” ujarnya pada Cianjur Update, Minggu (1/8/2021).

Ia mengatakan, PPAC sendiri terbentuk pada 2018 lalu atas inisiatif perwakilan tiap komunitas pegiat alam yang hingga saat ini sudah ada sekitar 40 komunitas yang bergabung.

Selain itu, lanjutnya, PPAC juga memiliki cukup banyak kegiatan, mulai dari pengetahuan tentang alam hingga wawasan seputar pendakian.

“Kegiatan rutin tahunan kami ada camping bersama dan silaturahmi antar komunitas. Namun, karena sedang pandemi Covid-19, kini PPAC lebih bergerak aktif menjadi relawan bencana alam,” terangnya.

Selain itu, lanjutnya, pendakian bersama dalam jumlah banyak ke atas gunung akan menjadi hal yang kurang baik bagi kawasan gunung itu sendiri.

“Untuk itu, kami rutin menyampaikan imbauan pada seluruh anggota komunitas, agar selalu menjaga kebersihan dan keselamatan saat melakukan pendakian. Sehingga tidak merusak lingkungan ekosistem flora dan fauna di kawasan hutan tersebut,” tambahnya.

Ia menegaskan, bahwa pelestarian lingkungan bukan hanya kewajiban petugas atau pemerintah saja, tapi juga para pendaki dan masyarakat di sekitar hutan.

“Kami terus mengkampanyekan pelestarian lingkungan pada semua anggota dan juga masyarakat, agar bersama-sama menjaga ekosistem hutan dengan baik,” paparnya.

Menurutnya, selama masih ada yang melakukan pendakian, sampah akan menjadi masalah utama bagi hutan.

“Sehingga perlu adanya edukasi pada semua komunitas untuk bisa meningkatkan kesadaran para anggotanya dalam hal kebersihan sampah dan jangan sampai mengotori area hutan,” tegasnya.

Adapun beberapa tips yang wajib diperhatikan bagi para pendaki yang hendak mendaki gunung. Sebab, sambungnya, mendaki bukan hanya kesiapan fisik dan keberanian saja, tapi peralatan serta pengetahuan pun sangat dibutuhkan.

“Pertama, kenali terlebih dahulu kawasan yang hendak dikunjungi, karena tidak semua gunung itu sama dan tidak semua gunung bisa dikunjungi. Dengan mengenal kawasannya, kita bisa mengklasifikasikan peralatan yang kita butuhkan,” paparnya.

Kedua, lanjutnya, dalam pendakian harus dilakukan lebih dari tiga orang dengan minimal satu orang yang sudah mengenal dan sering mengunjungi kawasan pendakian tersebut.

“Jangan sampai melakukan pendakian tanpa guide atau pemandu, karena bisa berbahaya dan berisiko tersesat. Terakhir, selalu gunakan jalur pendakian yang resmi dan mematuhi setiap aturan yang ada,” tandasnya.(*)

Tinggalkan Balasan