Opini

Pelajar Kurang Minat Baca, Lahirkan Kebuntuan Berpikir Sepanjang Masa

×

Pelajar Kurang Minat Baca, Lahirkan Kebuntuan Berpikir Sepanjang Masa

Sebarkan artikel ini
Pelajar Kurang Minat Baca, Lahirkan Kebuntuan Berpikir Sepanjang Masa
Ilustrasi: Pixabay

Seiring berkembangnya teknologi, minat baca di masyarakat semakin kurang. Khususnya bagi para pelajar yang harus selalu meningkatkan kemampuan berpikir dan menambah pengetahuannya. Kebanyakan pelajar bahkan tidak tahu tentang fenomena yang terjadi di daerahnya. Mereka hanya mengetahui hal yang tengah trending atau ramai diperbincangkan, daripada hal yang perlu diperbincangkan.

Pada zaman yang serba canggih seperti ini, informasi dapat menyebar luas dengan sangat cepat. Bahkan, hingga ke pelosok negeri ini. Dengan demikian, seharusnya sudah tidak ada lagi kendala di masyarakat dalam mendapatkan informasi, terlebih dengan adanya internet yang hingga kini menjadi primadona masyarakat.

Pelajar yang kurang minat baca, akan melahirkan generasi dengan kebuntuan berpikir. Pelajar seharusnya memiliki rasa penasaran yang tinggi terhadap fenomena di Indonesia. Bacaan hiburan adalah bacaan yang paling banyak dibaca, namun bukan berarti tidak boleh dibaca. Sebab, pelajar pun perlu melek terhadap politik, sejarah, pemerintahan, dan berita, agar pemikirannya bisa berkembang.

Setiap hari, ada banyak berita yang terbit di koran, media online, TV, hingga radio. Pelajar masa kini yang notabene membawa ponsel ke sekolah, seharusnya bisa peka terhadap hal-hal seperti ini. Pelajar di Cianjur misalnya, mereka perlu informasi yang ada di Cianjur agar bisa paham terhadap fenomena yang terjadi di kota santri ini. Jangan sampai menganggap remeh segala permasalahan yang ada.

Pentingnya Pelajar yang Kritis

Pelajar harus kritis terhadap berita yang ada. Ketika mereka membaca satu berita di satu media, mereka tentu harus membaca berita lainnya di media yang lain agar mampu membandingkan keabsahan suatu berita. Perlu diketahui, masyarakat selalui mudah terbuai hoaks karena mereka malas membaca.

Gunakan ponsel yang pelajar bawa untuk membaca, banyak media online yang bisa dibaca, banyak aplikasi perpustakaan digital yang bukunya bisa dipinjam di zaman yang canggih ini. Saya menyoroti Cianjur karena saya begitu memperhatikan bagaimana pelajar itu bisa berkembang. Perpustakaan semakin kosong, toko buku bangkrut, dan hoaks bertebaran karena pelajar terlalu alergi membaca.

Bagaimana pelajar bisa berpikir kritis jika tidak peka terhadap fenomena yang tengah terjadi? Bagaimana pelajar bisa menjadi generasi penerus kalau tidak pernah bisa mengembangkan pemikirannya? Ini tugas kita semua, bangun literasi yang baik karena banyak hal yang perlu kita benahi. Indonesia butuh orang-orang seperti pemuda di masa pergerakan.

Tinggalkan Balasan