Berita

Perkuat Ekonomi, Petani Desa Sindangasih Budi Daya Tanaman Porang

CIANJURUPDATE.COM, Cianjur – Petani di Desa Sindangasih, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Cianjur, melakukan budi daya tanaman umbi-umbian porang sebagai upaya memperkuat sektor pertanian di tengah pandemi COVID-19.

Tanaman umbi-umbian kini menjadi komoditas menjanjikan. Selain berpeluang menjadi komoditas ekspor, porang memiliki nilai jual tinggi. Awalnya, porang dianggap makanan ular, tapi kini banyak kisah sukses jadi petani porang.

Koordinator Penyuluh Pertanian Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Karangtengah Dinas Pertanian Pangan Perkebunan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, Abdul Sidik, mengatakan pengembangan tumbuhan porang di Desa Sindangasih dikatakan sebagai pionir. Langkah petani itu diharapkan diadopsi di desa-desa lainnya dan berkolaborasi.

“Ini bisa menjadi nilai tambah pendapatan bagi para petani,” kata Sidik tuturnya, Jumat (16/10/2020).

Tumbuhan porang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku berbagai produk komersil. Seperti kosmetik, obat-obatan (farmasi), jeli, dan lain-lain.

“Tumbuhan porang ini merupakan komoditas ekspor, sebab di luar negeri dijadikan bahan baku berbagai produk. Makanya, tumbuhan porang ini bisa menjadi peluang besar untuk para petani. Pasarnya pun sudah jelas. Apalagi sekarang dibantu Kementerian Pertanian untuk ekspor ke luar,” jelas dia.

Sidik menjelaskan, Desa Sindangsari merupakan wilayah pertama yang mengembangkan porang di kawasan Cianjur Utara. Sebelumnya, di wilayah Cianjur Selatan Kecamatan Cijati yang ikut mengembangkan.

“Lahan yang dikembangkan untuk tumbuhan porang di Desa Sindangasih juga cukup mumpuni. Ada yang mencapai 5 hektare. Bahkan, pengembangannya mencapai 15 hektare. Ini sangat luar biasa,” ungkap dia.

Sebagai tumbuhan liar, lanjut Sidik, porang dapat ditanam di lahan berkarakteristik apa saja. Dengan demikian, bisa ditanam di dataran tinggi ataupun rendah.

“Salah satunya di Desa Sindangasih yang notabene merupakan daerah dataran rendah. Dengan ketinggian 300-400 mdpl, cocok juga tumbuhan porang di tanam di sini,” ungkapnya.

Cara Budi Daya Tanaman Porang

Perawatan porang juga tidak terlalu rumit. Namun, Sidik mengatakan, BPP akan mengawal apabila terjadi potensi serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).

“Petani atau kelompok tani bisa melaporkan kalau ada potensi menurunkan hasil akibat hama atau penyakit. Kita akan coba bantu. Yang jadi fokus perhatian kami dari tumbuhan porang ini adalah bagian umbinya. Selain itu elemen batang dan daun,” tukasnya.

Salah seorang Petani porang, H Yandi Sopiandi, mengatakan, ada empat lahan pengembangan tumbuhan porang. Dengan luas mencapai sekitar 5,4 hektare.

“Di sini (Desa Sindangasih) baru dikembangkan di lahan seluas 1 hektare,” kata Yandi.

Ia menjelaskan, dari 1 hektare lahan, membutuhkan sekitar 40 ribu bibit atau biji porang. Ada tiga jenis bibit porang yaitu katak, umbi, dan polybag.

“Kalau ingin irit modal, bisa menggunakan bibit jenis katak. Harga per kilogramnya sekitar Rp300 ribu yang isi 300 biji. Jadi, kalau untuk 1 hektare, berarti membutuhkan sebanyak 120 kilogram. Dihitung-hitung, untuk modal bibit hanya Rp40 juta,” jelas dia.

Poses pemupukan pertama memakai kompos kotoran kambing. Estimasi volume pemakaiannya di lahan 1 hektare sekitar 200 kilogram. Sebulan kemudian, pemupukan kedua masih memakai kompos kambing. Ia memastikan, pengembangan porang ramah lingkungan karena memakai pupuk organik.

“Pada bulan kedua setelah tumbuh batang dan daun, kita gunakan pupuk kompos kotoran sapi. Ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan umbi. Jadi ada dua macam pupuk kompos yang kami gunakan,” jelas dia.

Budi Daya Porang, Untung Besar

Awalnya, ia hanya mengembangkan porang di lahan 1.000 hektare. Hasil panennya dipakai sebagai bibit. Usai diestimasi secara finansial, ada keuntungan yang dapat diperoleh.

“Setelah itu, baru kita berani mengembangkannya di lahan hampir 5,4 hektare,” jelasnya.

Masa tanam porang biasanya Oktober atau November. Musim panennya diperkirakan bulan Juni atau Juli.

“Saat panen akan diawali terjadinya dorman atau daun gugur dengan sendirinya. Kita diamkan selama 2 minggu. Setelah itu baru bisa dipanen,” kata Yandi.

Harga jual porang dapat mencapai Rp12 ribu sampai Rp15 ribu per kilogram. Yandi biasa menjual hasil panen porang ke Kabupaten Madiun, Jawa Timur.

“Di Cariu, Bogor, harganya bisa mencapai Rp15 ribu per kilogram.” tutupnya.(afs)

Exit mobile version