Berita

Tradisi Papajar di Cianjur Era Pandemi, Ketua LKC: Tetap Patuhi 5M

×

Tradisi Papajar di Cianjur Era Pandemi, Ketua LKC: Tetap Patuhi 5M

Sebarkan artikel ini
Tradisi Papajar di Cianjur Era Pandemi, Ketua LKC: Tetap Patuhi 5M
PAPAJAR: Ketua Lembaga Kebudayaan Cianjur (LKC) Kabupaten Cianjur, Abah Ruskawan mengatakan, secara umum, istilah papajar memang hanya ada di Cianjur. (Foto: Riski Maulana/cianjurupdate.com)

CIANJURUPDATE.COM, Cianjur – Tradisi papajar jelang bulan suci Ramadan memang tak bisa lepas dari warga Cianjur. Banyak warga yang sengaja bepergian ke lokasi wisata hanya untuk sekadar makan dan berkumpul bersama keluarga atau teman-teman.

Papajar ini konon berasal dari apa yang dilakukan para ulama Cianjur zaman dulu. Para ulama dari berbagai pelosok Cianjur pada akhir bulan Syaban datang ke Masjid Agung Cianjur atau lebih dikenal dengan sebutan Kaum untuk mengetahui kapan puasa Ramadhan dimulai. Informasi tentang awal puasa ini nantinya disampaikan kepada umat di daerahnya.

Para ulama itu bahkan bermalam dan makan bersama di sana sambil menunggu pengumuman awal puasa dari Imam Besar Kaum. Tampaknya dari kegiatan itulah yang kini dikenal sebutan papajar sekarang ini. Konon papajar ini singkatan dari Mapag Fajar, fajar awal Ramadhan, waktu dimulainya puasa. Mapag, dalam bahasa Sunda berarti menyambut atau menyongsong.

Setelah diumumkan kapan puasa dimulai, para ulama itu menginformasikannya kepada umat di daerahnya masing-masing. Kaum Muslimin tidak berani berpuasa kalau belum ada pengumuman resmi dari Kaum, walau pada waktu itu untuk memperoleh informasi tentang awal puasa tidak semudah sekarang.

Ketua Lembaga Kebudayaan Cianjur (LKC) Kabupaten Cianjur, Abah Ruskawan mengatakan, secara umum, istilah papajar hanya ada di Cianjur. Karena sebagian besar daerah lain lebih banyak menyebutnya dengan istilah Munggahan.

Menururnya, konteks tradisi papajar itu artinya menyambut Ramadan, karena sebentar lagi tidak bisa makan di waktu siang, sehingga masyarakat melakukan rekreasi bersama keluarga.

“Papajar itu bagian dari tradisi dan tradisi itu susah dihilangkan, sehingga akan terus menjadi kebiasaan. Memang belum ada penelitian khusus terkait papajar ini, namun secara opini yang terbangun setelah ngobrol dengan berbagai tokoh, memang papajar itu asli dari Cianjur,” tutur Abah kepada Cianjur Today, Kamis (1/4/2021).

Di era pandemi seperti sekarang ini, lanjut Abah, kalau mau melaksanakan papajar ya silahkan saja, selama protokol kesehatan Covid-19 diperhatikan dengan baik.

“Pemerintah juga mengatakan dengan jelas jika di era pandemi ini, ekonomi harus terus menggeliat. Nah papajar ini pun bagian dari rekreasi publik,” ucapnya.

Imbauan dari Abah kepada masyarakat yang akan melaksanakan papajar, semoga kegiatan papajar tersebut tidak meninggalkan ikhtiar pemerintah dalam rangka pemberantasan Covid-19. Di mana salah satunya adalah ada anjuran untuk tidak berkerumun dan menjaga jarak.

“Pemerintah sangat massif mengingatkan masyarakat agar prokes 5M dilaksanakan dengan baik. Mulai dari memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, dan menghindari kerumunan. Papajar boleh, asalkan 5M tadi terus diperhatikan,” pungkasnya.(ct9/sis)

Tinggalkan Balasan